Tragedi 20 Juli 2016 di Tanah Gresik (SAHABAT BAIK DAN SEBUAH EKSPERIMET JIWA)


Semua orang sudah dipastikan ingin memiliki sahabat baik dalam hidupnya. Sahabat yang mengerti akan diri mereka dan selalu ada untuknya kapan pun. Keinginan seseorang terhadap tipe sahabat seperti itu seakan-akan tidak ingin mempunyai waktu. Artinya semua sahabatnya dan dirinya selalu ada untuk bersama.

Dalam keinginan besar itu, kebersamaan ternyata menjadi sebab timbulnya rasa itu pertama kali. Sebab dalam kebersamaan selalu ada saja apa yang tidak kita inginkan, dan kekeliruan menjadi keajaiban yang mulya. Hidup akan terasa murni dan suci dari kotoran-kotoran; seperti kebohongan, dusta, dan sifat-sifat kotor lainnya. Walau sebenarnya sifat itu selalu ada tapi setidaknya kebersamaan akan menyadarkannya

Alasan yang Sudah sangat wajar mengapa  sahabat begitu sangat dinginkan, karena dalam sejarah manusia mereka sangat mendambakan kemaslahatan yang abadi. Dengan kata lain dengan mode kebersamaan itu manusia bisa saling menyadarkan satu sama lain, yang jelek dengan yang baik, dan yang baik dengan yang jelek. Sahabat adalah kebutuhan sekunder semua manusia di dunia. Jika ada (mungkin) yang tidak ingin bersahabat ia berarti rakus pada waktu dan hanya mementingkan dirinya sendiri.

Andai beberapa dari mereka tidak ingin bersahabat, mungkin sebelum ia atau munkin ketika sudah hidup berada di dunia takdirnya sudah dapat dipastikan; orang yang kesepian, penyendiri. Dan entah bagaimana kematiannya kelak, akankah orang menolongnya, menshalatinya sebagaimana kebiasaan dalam jenazah.

Karena itu tidak ada orang yang enggan bersahabat. Kebutuhan mereka tidak selalu dengan cara menengada pada Tuhan, melainkan kerja sama antar orang bisa mewujudkan apa yang dibutuhkan. Dalam istilah globalnya sahabat adalah teman sosial. Jadi semua manusia disebut makhluk sosial, makhluk yang butuh satu sama lain.

Ada beberapa kategori dalam persahabatan. Terkadang ada sahabat paling dekat ada juga sahabat asalan; sahabat hanya sekedar sahabat tapi tidak begitu dekat. Sahabat dekat biasanya memperoleh bagian paling istimewa dalam sebuah hubungan. Ia tidak hanya sahabat realistis tapi juga sahabat dalam dunia maya. Di facebook, BBM dan sosial media lainnya. Jadi ketika mereka buat status atau sebuah isi hati, sahabatnya bisa mengatahuinya, entah itu status kesediahan atau sedang riang. Itulah arti dari sahabat, di manapun dan kapanpun mereka bersama saling berekspresi dan tahu satu sama lain. Sahabat akan selalu terpilih.

Eksperimen Jiwa

Bagi saya sahabat itu segelanya, lebih dari sekedar pacar, sebab saya sendiri telah mengalami rasa dan pentingnya sahabat itu. Tapi ada hal lain yang menurut saya harus dikategorikan agar tidak ada dampak sosial kepada kita. Dampak ini berawal dari ketaksadaran kita dalam bersahabat. Bagi kita sahabat itu baik.

Suatu hari saya memposting foto saya bersama dua teman perempuan di Facebook, dan pose saya sedang menggonjeng mereka. Kalian tahu apa dampaknya? Kicau-kicau burung gagak itu masih indah di telinga walau suaranya yang serak seperti ingin mengahcurkan telinga pendengaran. Di rumah, kata ibu terjadi percekcokan sana sini membahas perilaku saya yang tidak lagi agamis. Ya memang mengonjeg perempuan yang bukan muhrim itu tidak boleh.  Dalam kitab yang saya ajari juga bilang demikian. waktu itu agama saya runtuh ditelan masa 20 Juli tepat di waktu malam di sebuah warung coffee di Gresik.

Peristiwa itu kemudian membawa saya pada pelaminan cinta sahabat dan berpikir ternyata sahabat yang baik juga bisa membuat kita rugi, dan tidak pengertian. Sementara dalam sahabat satu diantara yang paling penting itu pengertian. Sejak itu saya bergumam ternyata sahabat baik perlu dikhususkan dalam persahabatan.

Tradisi kota tentu berbeda dengan tradisi desa. Kalau kita mempunyai kebiasaan yang menurut kita itu sangat baik tapi ketika beranjak ke kota kebiasaan yang kita miliki belum tentu baik di mata masyarakat. Di desa syari’at berjalan secara ketat demi kelestarian hukum sementara di kota syari’at berjalan berdasarkan kemaslahatan masyarakat.

Menggonjeng perempuan kalau ditinjau dari empati dan simpati temasuk perlakuan baik. Sebab menolong orang yang sedang melakukan perjalanan jauh dengan kaki tentu sangat melelahkan, alangkah baiknya orang yang memberi keringanan kapada pejalan itu dengan cara menggonjengnya. Ada pepatah yang sampai saat ini masih saya ingat bahwa “membahagian orang lain balasannya sangat besar pula”. Hukum yang katanya selalu dinamis sampai sekarang selalu saya ingat. Hukum tidak boleh menggonjeng perempuan bukan muhrim bisa berubah di waktu tertentu.
Mungkin ini yang terakhir, sahabat yang baik ada dalam ekperiment jiwa. Seberapa jauh jiwa kita berpengalaman maka sejauh munkin kita tahu sahabat yang baik. Sahabat itu harus dirasakan dan dialami.
21 Juli 2016 Gresik

0 Comentarios

Follow Me On Instagram