PROFIL PENULIS



Nama lengkap M. Hariri, lahir sebagai anak yang bernasib buruk pada tanggal 3 Maret 1997, pulau Madura, Sumenep, Batang-Batang, Togu Pacinan. Selain nama M. Hariri juga ada dua nama panggilan dari keluarga dan beberapa temannya, salah satunya Aang dan Ninip. Nama Aang pertama kali diberikan oleh keluarga. Hal itu dikarenakan terlalu suka minum la’ang. Laang adalah bahasa Madura dari buah siwalan, sebuah minuman yang sangat kecut-manis. Sehingga di kampung kelahiranya sosok M. Hariri lebih dikenal sebagai sosok Aang; seseorang yang suka sekali minum la’ang.

Nama Aang juga pernah menipu banyak orang di kelas intensif bahasa Inggris pada tahun 2015, waktu pertama kali masuk kuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Kejadiannya sangat sederhana; di kelas memperkenalkan sebagai sosok M. Hariri sementara di grup WhatsApp memperkenalkan sebagai Aang. Timbullah banyak pertanyaan antara siapa M. Hariri dan Aang. Di tengah kekabutan, M. Hariri dan Aang diisukan sebagai dua orang yang kembar. Namun terbongkar. Akhirnya sosok M. Hariri dijudge sebagai penipu.

Berbeda dengan M. Hariri dan Aang, Ninip adalah panggilan dari teman bidikimisnya yang menjadi korban penipuan nama. Ninip sebuah nama yang memiliki arti penipu atau tukang tipu.

MI sampai MTS diambil di sekolah Miftahul Ulum; salah satu sekolah favorit sampai sekarang dengan jumlah siswa/i terbanyak di Batang-batang. MA di ambil di sekolah Tahfidh di pondok pesantren Annuqayah Guluk-guluk, Semunep Madura selama 3 tahun. Tapi tidak hafal Alquran meskipun 1 jus. Setelah lulus dari pesantren, dengan predikat siswa yang ijasahnya ditahan karena tidak menghafal Alquran minamal 1 jus, melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Surabaya.

Kuliah di UIN Sunam Ampel dengan jurusan Filsafat sempat membuat dirinya terlempar dari mata masyarakat di kampungnya, utamanya dari guru-gurunya. Sempat bingung dan malu setengah mati. Pulang malu, tidak pulang dianggap anak bangsat. Bangsat atau tidak bangsat memang dirinya, sejatinya anak filsafat anak bangsat. Pulang anak bangsat tidak pulang tetap bangsat. Akhirnya memberanikan diri pulang kampung sebagai anak bangsat. Sekarang sudah masuk semester ke 6 sebagai anak bangsat. Cukup tangguh.

Soal karekter terlalu plin-plan. Membuat masa depannya juga beragam. Kenapa bisa beragam? Karena gampang memutuskan pindah dan berubah. Saat fokus menekuni filsafat selama beberapa bulan, misalnya, lalu melihat temannya juara menulis nasional,  pindah keinginan menjadi penulis terkenal dan dikenal banyak orang. Saat masa-masa menekuni tulis-menulis tiba-tiba pindah haluan lagi gara-gara tidak bisa ngomong saat diskusi filsafat dengan temannya. Ini adalah nasib yang paling disesalinya. Ingin ganti nasib seandainya sebuah nasib seperti ganti paketan internet; dari kartu AXIS yang tidak bikin orang AXIS ke Indosat. Dari indosat (yang bikin orang sesat karena jalan kemana-mana mencari jaringan kemana-mana) ke Telkomsel.

Menyadari dirinya sangat plin-plan akhirnya memutuskan menjomblo sampai sekarang. Tapi sifat plin-plannya, secara tidak langsung, disadari atau tidak disadari, telah membuat kaum perempuan beruntung, sebenarnya. Kenapa bisa demikian? Karena akhirnya sifat nakalnya dan juga keahlian dalam menipu tidak terjadi adanya korban.

Memutuskan jomblo; istilah anak muda sekarang nggak punya gebetan, tidak gampang. Sebenarnya sangat susah. Pertama, punya pasangan adalah suatu kodrat manusia. Kedua, lawan jenis selalu ingin berlawanan. Ketiga, sering ngobrol dan duduk dengan perempuan. Ketiga, terakhir, ada agama. Agama melarang pacaran. Dosa hukumnya. Tapi tentu bukan agama alasan menjomblo. Filsafat selama tiga tahun sudah mengajarinya menjadi anak bangsat. Tipe bangsatnya biasanya jarang salat, puasa dan kadang-kadang berpikir aneh; seperti setan itu baik. Sebaiknya tidak dimusuhi. Kalau setan diajak baikan mungkin setan juga akan baik pada manusia. Kalau setan dimusuhi yang jahat adalah manusia itu sendiri bukan setan.

Sebagai anak bangsat prestasinya selama hidupnya tidak begitu memukau. Saat menekuni dunia kepenulisan belum sama sekali juara setiap ikut lomba menulis. Pernah sekali masuk nominasi dalam ajang cipta lomba cerpen di Maroko. Kedengarannya sedikit Wow!! Tapi yang mengadakan bukan Maroko melainkan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Maroko dan bekerjasama dengan dubes Indonesia, sebenarnya. Ikut lomba esai di Paramadina tentang agama juga gagal. Akhirnya hasil risetnya dibungskus seperti permen dan diabadikan sebagai kenangan “esai M. Hariri yang tidak lolos dalam ajang lomba esai”. Dan itu membuat dirinya semakin bangsat, bangsat dan bangsat!

Karena terlalu bangsat akhirnya memutuskan diri membantu teman-temannya saja yang ingin ikut lomba; seperti membantu mengedit tulisan, mengarahkan dan sebagainya. Cukup berutung sebagai anak bangsat mendapat kepercayaan seperti itu.

Sebagai mahasiswa filsafat prestasinya sangat memukau daripada saat menekuni dunia menulis. Pertama, jarang salat (saat sebelum tobat), puasa bolong. Ketiga, ketika salat seperti monyet; garuk-garuk dan loncat ambil hp. Ketiga tersebut adalah prestasi terbesar orang filsafat sepanjang masa.  
Terakhir dan mungkin disengaja diakhiri karena anak bangsat memang perlu diakhiri, sering makan satu kali sehari. Membuat tubuhnya menyerupai Micheal Jackson, penyanyi legendaris tahun 1982-2009 yang diisukan masuk Islam. Tubuhnya seakan-akan hendak terbang saat melintasi tol Suramadu dengan motor Honda kesayangannya.

Sekarang hidupnya sangat amatiran. Tapi tetap menjaga penampilan dan perilaku walaupun anak bangsat. Masih bisa makan karena terlalu beruntung dapat bebasiswa bidikmisi. Tidak suka menghamburkan uang. Pelit mengeluarkan uang untuk membeli baju dan buku. Buku kesukaannya adalah buku sastra-sastra fevomenal. Seperti Namaku Merah; penulisnya pernah meraih Nobel dunia. Semua Ikan di Langit; novel filsafat yang menjelaskan Tuhan, makhluk dan setan dan buku lainnya.   

0 Comentarios

Follow Me On Instagram